Verbal Valent Scripta Manent
Welcome to My Area

Rabu, 03 Oktober 2012

Bahasa Daerah yang terancam punah


          Bangsa Indonesia, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya dan bahasanya. Hal tersebut menjadi salah satu yang menunjukan identitas Indonesia.
          Bukti nyata menunjukkan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah yang terdapat di berbagai macam penjuru nusantara. Tetapi, ancaman nyata yang kita hadapi saat ini adalah jika ekspresi bahasa daerah yang kita miliki itu menghilang atau diklaim oleh pihak lain. Maka identitas bangsa Indonesia akan menghilang jua.
            TEORI evolusi tentang seleksi alam yang menimpa makhluk hidup, kini mungkin terjadi pula pada bahasa. Terlepas dari kontroversi teori yang dikemukakan Charles Darwin (12 Februari 1809-19 April 1882) itu, sejumlah bahasa di dunia terancam punah. Kekhawatiran itu sudah menyeruak dengan mulai berkurang bahkan hilangnya penutur beberapa bahasa ibu atau bahasa daerah.
            Secara garis besar ada dua faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab utama kepunahan bahasa daerah. Pertama, para orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anak mereka dan tidak lagi menggunakannya di rumah. Kedua, ini merupakan pilihan sebagian masyarakat untuk tidak menggunakan bahasa ibu dalam ranah komunikasi sehari-hari.  Kecenderungan punahnya bahasa terjadi di negara-negara berkembang dan miskin.
            Pada sisi lain, penggunaan bahasa Indonesia-pun tergeser oleh bahasa asing. Kondisi itu menunjukkan, kedudukan dan fungsi ketiga bahasa itu belum mantap dalam tata kehidupan masyarakat, terutama setelah reformasi tahun 1998 lalu. Sementara itu, tuntutan dunia kerja masa depan memerlukan insan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan berdaya saing, baik lokal, nasional, maupun global. Untuk memenuhi keperluan itu, sangat diperlukan keseimbangan penguasaan bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing (untuk mereka yang berdaya saing global).
            Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah di tanah air, ternyata adalah bahasa nasional itu sendiri, yakni bahasa Indonesia. Meskipun dalam teorinya bahasa Indonesia muncul dari keragaman bahasa daerah di Indonesia, bahasa persatuan yang didengungkan pada Sumpah Pemuda 1928 itu secara tidak langsung menjadi ancaman serius karena penutur bahasa daerah menjadi enggan mengajarkan bahasa ibu kepada keturunannya. Ancaman lainnya adalah bahasa gaul yang telah menjadi bahasa komunikasi sehari-hari warga perkotaan dan sering ”menempel” dalam bahasa Indonesia.
            Seorang ahli antropolinguistik menyatakan, hal itu wajar-wajar saja. Selama ini pun ragam bahasa gaul yang dulu sering disebut bahasa pasar merupakan salah satu unsur pembentuk bahasa Indonesia. Bahkan, bahasa Melayu yang menjadi akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu pasar yang menjadi bahasa pergaulan saat itu. 
            Berbeda dengan keadaan bahasa daerah di Indonesia yang menghadapi ancaman kepunahan, beberapa bahasa lainnya malah mencapai popularitasnya. Di kawasan industrimisalnya, bahasa Jepang muncul sebagai bahasa favorit baru di kalangan siswa sekolah menengah kejuruan. Dengan sasaran pascakelulusan siswa mereka bisa langsung bekerja di salah satu perusahaan di kawasan industri tersebut, sekolah menengah kejuruan mencantumkan pelajaran bahasa Jepang sebagai muatan lokal.
            Bahasa asing lain yang popularitasnya tidak perlu diragukan adalah bahasa Inggris. Bahasa yang didaulat sebagai bahasa komunikasi internasional itu sedikitnya mulai menggeser peran atau posisi bahasa Indonesia. Pasalnya, di beberapa jurusan di perguruan tinggi Indonesia, bahasa Inggris sudah mulai digunakan sebagai bahasa pengantar perkuliahan. 
            Oleh karena itu, tampaknya Teori Evolusi sedang menimpa dunia kebahasaan. Siapa yang lebih kuat, dialah yang akan bertahan. Bahasa daerah, mau tidak mau, harus tergerus oleh bahasa nasional, dan bahasa nasional harus kalah bersaing oleh bahasa asing atau bahasa internasional. Pertanyaannya, sampai kapankah bahasa-bahasa daerah di Indonesia akan bisa bertahan?
       Kini, tanpa disadari bahasa daerah makin lenyap tergerus waktu. Untuk menanggulanginya, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mencanangkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hal tersebut didorong dengan adanya fakta bahwa hampir semua bahasa daerah yang ada di sejumlah daerah di dunia ini terancam punah.
            PADAHAL, salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah bermacam-macam suku dan bahasa. Oleh sebab itu, mau tidak mau, suka tidak suka, setiap orang yang mengaku dirinya adalah bagian dari etnis tertentu harus bisa bahasa daerahnya. Sudah waktunya untuk bangga tidak hanya lancar berbahasa Indonesia, tapi juga fasih berbahasa daerah. Inilah yang menjadi PR kita sekarang sebagai generasi muda bangsa Indonesia.
            Merupakan hal yang sempurna bila seorang warga Indonesia fasih berbahasa Indonesia, bahasa daerahnya, plus penguasaan bahasa asing seperti Inggris, Mandarin, dan Arab. Sehingga bisa memainkan peran yang mumpuni dalam ranah daerah, nasional, dan internasional.
            Oleh karena itu, mari kita mencintai dan berbangga hati menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari di samping bahasa nasional dan asing. Tujuannya agar kita tidak gagap dan tak hanya sekadar tahu satu bahasa. Sehingga, kita bisa berperan penuh dalam kancah daerah, nasional, hingga internasional.