Verbal Valent Scripta Manent
Welcome to My Area

Rabu, 03 Oktober 2012

Bahasa Daerah yang terancam punah


          Bangsa Indonesia, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya dan bahasanya. Hal tersebut menjadi salah satu yang menunjukan identitas Indonesia.
          Bukti nyata menunjukkan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah yang terdapat di berbagai macam penjuru nusantara. Tetapi, ancaman nyata yang kita hadapi saat ini adalah jika ekspresi bahasa daerah yang kita miliki itu menghilang atau diklaim oleh pihak lain. Maka identitas bangsa Indonesia akan menghilang jua.
            TEORI evolusi tentang seleksi alam yang menimpa makhluk hidup, kini mungkin terjadi pula pada bahasa. Terlepas dari kontroversi teori yang dikemukakan Charles Darwin (12 Februari 1809-19 April 1882) itu, sejumlah bahasa di dunia terancam punah. Kekhawatiran itu sudah menyeruak dengan mulai berkurang bahkan hilangnya penutur beberapa bahasa ibu atau bahasa daerah.
            Secara garis besar ada dua faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab utama kepunahan bahasa daerah. Pertama, para orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anak mereka dan tidak lagi menggunakannya di rumah. Kedua, ini merupakan pilihan sebagian masyarakat untuk tidak menggunakan bahasa ibu dalam ranah komunikasi sehari-hari.  Kecenderungan punahnya bahasa terjadi di negara-negara berkembang dan miskin.
            Pada sisi lain, penggunaan bahasa Indonesia-pun tergeser oleh bahasa asing. Kondisi itu menunjukkan, kedudukan dan fungsi ketiga bahasa itu belum mantap dalam tata kehidupan masyarakat, terutama setelah reformasi tahun 1998 lalu. Sementara itu, tuntutan dunia kerja masa depan memerlukan insan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan berdaya saing, baik lokal, nasional, maupun global. Untuk memenuhi keperluan itu, sangat diperlukan keseimbangan penguasaan bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing (untuk mereka yang berdaya saing global).
            Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah di tanah air, ternyata adalah bahasa nasional itu sendiri, yakni bahasa Indonesia. Meskipun dalam teorinya bahasa Indonesia muncul dari keragaman bahasa daerah di Indonesia, bahasa persatuan yang didengungkan pada Sumpah Pemuda 1928 itu secara tidak langsung menjadi ancaman serius karena penutur bahasa daerah menjadi enggan mengajarkan bahasa ibu kepada keturunannya. Ancaman lainnya adalah bahasa gaul yang telah menjadi bahasa komunikasi sehari-hari warga perkotaan dan sering ”menempel” dalam bahasa Indonesia.
            Seorang ahli antropolinguistik menyatakan, hal itu wajar-wajar saja. Selama ini pun ragam bahasa gaul yang dulu sering disebut bahasa pasar merupakan salah satu unsur pembentuk bahasa Indonesia. Bahkan, bahasa Melayu yang menjadi akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu pasar yang menjadi bahasa pergaulan saat itu. 
            Berbeda dengan keadaan bahasa daerah di Indonesia yang menghadapi ancaman kepunahan, beberapa bahasa lainnya malah mencapai popularitasnya. Di kawasan industrimisalnya, bahasa Jepang muncul sebagai bahasa favorit baru di kalangan siswa sekolah menengah kejuruan. Dengan sasaran pascakelulusan siswa mereka bisa langsung bekerja di salah satu perusahaan di kawasan industri tersebut, sekolah menengah kejuruan mencantumkan pelajaran bahasa Jepang sebagai muatan lokal.
            Bahasa asing lain yang popularitasnya tidak perlu diragukan adalah bahasa Inggris. Bahasa yang didaulat sebagai bahasa komunikasi internasional itu sedikitnya mulai menggeser peran atau posisi bahasa Indonesia. Pasalnya, di beberapa jurusan di perguruan tinggi Indonesia, bahasa Inggris sudah mulai digunakan sebagai bahasa pengantar perkuliahan. 
            Oleh karena itu, tampaknya Teori Evolusi sedang menimpa dunia kebahasaan. Siapa yang lebih kuat, dialah yang akan bertahan. Bahasa daerah, mau tidak mau, harus tergerus oleh bahasa nasional, dan bahasa nasional harus kalah bersaing oleh bahasa asing atau bahasa internasional. Pertanyaannya, sampai kapankah bahasa-bahasa daerah di Indonesia akan bisa bertahan?
       Kini, tanpa disadari bahasa daerah makin lenyap tergerus waktu. Untuk menanggulanginya, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mencanangkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hal tersebut didorong dengan adanya fakta bahwa hampir semua bahasa daerah yang ada di sejumlah daerah di dunia ini terancam punah.
            PADAHAL, salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah bermacam-macam suku dan bahasa. Oleh sebab itu, mau tidak mau, suka tidak suka, setiap orang yang mengaku dirinya adalah bagian dari etnis tertentu harus bisa bahasa daerahnya. Sudah waktunya untuk bangga tidak hanya lancar berbahasa Indonesia, tapi juga fasih berbahasa daerah. Inilah yang menjadi PR kita sekarang sebagai generasi muda bangsa Indonesia.
            Merupakan hal yang sempurna bila seorang warga Indonesia fasih berbahasa Indonesia, bahasa daerahnya, plus penguasaan bahasa asing seperti Inggris, Mandarin, dan Arab. Sehingga bisa memainkan peran yang mumpuni dalam ranah daerah, nasional, dan internasional.
            Oleh karena itu, mari kita mencintai dan berbangga hati menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari di samping bahasa nasional dan asing. Tujuannya agar kita tidak gagap dan tak hanya sekadar tahu satu bahasa. Sehingga, kita bisa berperan penuh dalam kancah daerah, nasional, hingga internasional.

Kamis, 27 September 2012

Larangan Bersifat Sombong!


Sombong adalah sifat tercela dan merupakan dosa besar dan dilaknat oleh Allah. Sombong ialah menolak kebenaran yang datang dari Allah dan merasa dirinya besar sehingga menghina atau merendahkan sesame manusia. Orang yang tidak mau tunduk dan taat kepada perintah Allah, iapun termasuk orang  yang sombong. Sebagaimana iblis yang tidak mau tunduk pada perintah Allah ketika diperintahkan supaya bersujud kepada Adam, maka ia dinyatakan “Ia (iblis) enggan dan sombong dan adalah ia termasuk orang-orang kafir”
Tentang kesombongan Iblis ini diungkapkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah :34)
Allah juga mengungkapkan kesombongan iblis didalam Al Qur’an QS. Al A’raf ayat 11-13

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (١١)قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (١٢)قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud.
12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”.
13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina”.
Iblis tidak mau sujud kepada Adam, walaupun yang memerintahkan sujud itu adalah Allah. Karena ia merasa lebih baik dan lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Hal tersebut diungkapkan juga didalam QS.Shaad ayat 71-78 :

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (٧١)فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٧٢)فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٧٣)إِلا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (٧٤)قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (٧٥)قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (٧٦)قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (٧٧)وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah”.
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya”.
73. lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,
74. kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan adalah Dia Termasuk orang-orang yang kafir.
75. Allah berfirman: “Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
76. iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari tanah”.
77. Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”.
Dari ayat-ayat diatas jelaslah bahwa disebabkan karena kesombongan bisa menyebabkan kekafiran dan dilaknakk Allah. Orang-orang sombong akhirnya dihancurkan oleh Allah sebagaimana kisahnya Fir’aun yang akhirnya ditenggelamkan di tengah laut, dan kisahnya Qarun yang akhirnya dibenamkan ke dalam bumi. Maka Allah menyuruh manusia supaya menyembah dan berdoa hanya kepada Allah dan melarang berlaku sombong. Firman Allah SWT :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Al Mu’min : 60)
Dalam QS. Al Israa’ ayat 37, Allah SWT juga melarang manusia berbuat sombong :

وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Juga dalam QS. Luqman ayat 18 :

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Didalam hadist-hadist juga banyak disebutkan agar manusia bersifat Tawaadlu’ dan tidak berlaku sombong. Diantaranya sebagai berikut

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. فَقَالَ رَجُلٌ: اِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ اَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَ. اَلْكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقّ وَ غَمْطُ النَّاسِ. مسلم و الترمذى فى الترغيب و الترهيب
Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga barangsiapa yang di dalam hatinya itu ada sebesar dzarrah dari sombong”.  Lalu ada seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya ada orang senang bajunya itu bagus dan sandalnya bagus, (yang demikian itu bagaimana, ya Rasulullah ?”). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu indah dan suka pada keindahan. Sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim dan Tirmidzi, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 567]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَقُوْلُ اللهُ جَلَّ وَ عَلاَ: اَلْكِبْرِيَاءُ رِدَاءِيْ وَ اْلعَظَمَةُ اِزَارِيْ. فَمَنْ نَازَعَنِيْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اَلْقَيْتُهُ فِى النَّارِ. ابن ماجه فى الترغيب و الترهيب
Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman : Sombong itu adalah selendang-Ku dan kebesaran itu adalah pakaian-Ku, maka barangsiapa mencabut salah satunya dari-Ku, Aku akan melemparkan orang itu ke neraka”. [HR. Ibnu Majah, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 563]

عَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبٍ اَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَهْلِ اْلجَنَّةِ؟ قَالُوْا: بَلَى. قَالَ ص: كُلُّ ضَعِيْفٍ مُتَضَعَّفٍ. لَوْ اَقْسَمَ عَلَى اللهِ َلاَبَرَّهُ. ثُمَّ قَالَ: اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَهْلِ النَّارِ؟ قَالُوْا: بَلَى: قَالَ: كُلُّ عُتُلّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ. مسلم
Dari Haritsah bin Wahb bahwasanya ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang penghuni surga ?”. Mereka menjawab, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “(Yaitu) setiap orang yang lemah dan ditindas. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, tentu ia menepatinya”. Kemudian beliau bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang penghuni neraka ?”. Mereka menjawab, “Mau, ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Yaitu setiap orang yang keras, kasar lagi sombong”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2190]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَ مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاَّ عِزًّا. وَ مَا تَوَاضَعَ اَحَدٌ ِللهِ اِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. مسلم
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Shadaqah itu tidak akan mengurangi harta. Dan tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang bertawadlu’ karena Allah, kecuali Allah mengangkat derajat orang itu”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2001]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَيَنْتَهِيَنَّ اَقْوَامٌ يَفْتَخِرُوْنَ بِاٰبَائِهِمُ الَّذِيْنَ مَاتُوْا: اِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ اَوْ لَيَكُوْنُنَّ اَهْوَنَ عَلَى اللهِ مِنَ اْلجُعَلِ الَّذِى يُدَهْدِهُ اْلخِرَاءَ بِاَنْفِهِ. اِنَّ اللهَ اَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبّيَّةَ اْلجَاهِلِيَّةِ وَ فَخْرَهَا بِاْلاٰبَاءِ. اِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَ فَاجِرٌ شَقِيٌّ. اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُوْ اٰدَمَ وَ اٰدَمُ خُلِقَ مِنَ التُّرَابِ. الترمذى
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersaba, “Hendaklah orang-orang itu berhenti dari membanggakan nenek-moyang mereka yang telah mati, sesungguhnya mereka itu menjadi bara api Jahannam, atau orang-orang itu akan menjadi lebih hina menurut pandangan Allah daripada kumbang pemakan kotoran yang mendorong kotoran dengan moncongnya. Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan jahiliyyah dan berbangga dengan nenek moyang. Sesungguhnya manusia itu hanya (ada dua), orang mukmin yang thaat atau orang jahat yang celaka. Manusia semuanya adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 390]
Dan Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al Hujurat : 13)
Maka marilah kita bersikap tawaadlu’ dan menjauhi kesombongan. Semua manusia adalah dari keturunan yang sama, dan orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.

Senin, 10 September 2012

Semantics (The Nature of Semantics and The Meaning of Meaning)


CHAPTER I
INTRODUCTION

A.     Background Problem
With regard to the teaching of semantics, many semantics teachers find difficulty in deciding what to teach in their semantics classes. They have the opinion that concepts such as connotative meaning, social meaning, affective meaning, collocative meaning, thematic meaning, meaning changes of words, synonymy, antonym, polysemy, homonymy, homophony, and homograph are the primary materials of semantics classes. While those concepts are necessary materials of semantics and are usually taught, teachers of semantics must be well aware that they are not the primary materials of semantics. They are secondary materials. This paper describes the main materials of semantics which consist of word meaning, sentence meaning, and utterance meaning.
B.     Problem Formulation
1.      In semantics there are three meaning type, they are word meaning, sentence meaning and utterance meaning. What the meaning of them?
2.      What is the definition of the meaning of meaning?
C.     Aim Of Writing
1.      To explain three types of meaning.
2.      To explain the meaning of meaning.

CHAPTER II
DISCUSSION

A.     The Nature of Semantics
Based on Oxford Advanced Learner’s Dictionary, semantics is the study of the meanings of words and phrases. And the meaning of words, phrases, or systems: the semantics of the language.
Semantics is Study of meaning, one of the major areas of linguistic study (Britannica concise encyclopedia). The study of meaning of words, and the relation of signs to the objects to which the signs are applicable. (philosophy dictionary)
Semantics is a subfield of linguistics that is traditionally defined as the study of meaning of (parts of) words, phrases, sentences, and texts
Semantics deals with:
a.       Words meaning,
b.      Sentence meaning and
c.       Utterance meaning

1)      Word Meaning
Language is used for communication. In communicating, speakers or writers communicate meaning to listeners or readers. The nature of the meaning of a word is its referent. The referent of a word can be an object, an event, a state, a process, or an action here in this world. Word meaning can also said lexical meaning (Lyons, 1985): the meaning of lexemes depends upon the of sentences in which they occur. Words → things: this view is found in the Cratylus of Plato (427-347 bc). Words “name” or “refer to” things. It works well for proper nouns like London, Everton Fc and Ford Fiesta. It is less clear when applied to abstractions, to verbs and to adjectives - indeed wherever there is no immediately existing referent (thing) in the physical world, to correspond to the symbol (word).
Example of word meaning:
1.      Photosynthesis: a process of making food by plant using co2 and sunlight.
2.      Door: thing, made from wood.
3.      Run: action, moving use legs, going faster than walk.

hen is          : [ + animate, + animal, + biped, + female, + avian ]
cow is        : [ + animate, + animal, + quadruped, + vertebrate, + mammal,
+ bovine ]
boar is        : [ + animate, + animal, + quadruped, + vertebrate, + mammal,
+ porcine, + male ]
hot is          : [ a state of having a high temperature ]
to sew is     : [ an action of working with a needle and thread ]
drizzling is : [ the process of raining in small drops ]
a party is    : [ an event of the gathering of persons, by invitation, for
pleasure ]
Three areas of word meaning:
1.      Conceptual meaning
2.      Semantic components and
3.      Semantic field

2)      Sentence Meaning
The conceptual meaning of sentence studied through the principle of referent and principle of structure (Devitt and Sterenly, 1999). The meaning of sentence is the product of both lexical and grammatical meaning (the meaning of the constituent of lexemes and of the grammatical constructions) (Lyons, 1985).


Example of sentence meaning:
Tom is very tall, consists of Tom with a referent of an individual with conceptual features of [ + animate ], [ + human ], [ + male ], [ + adult ], [ + potent ], [ + unique ] and with a functional category of is very tall is the predicate with is as a word that shows tense and concord, very as an adjunct, and tall as the verb that shows a state of more than average height. Tom is very tall consists of three lexical words with three referents. Tom is an individual with the above conceptual features, very is an adjunct with a referent of ‘of high degree’ and tall as the main verb with a referent of ‘a state of more than average height’. The word ‘is’ does not have a lexical meaning. It is a word only to show inflection, tense and concord. The meaning of Tom is very tall is Tom is very tall or Tom is not short.
3)      Utterance meaning
In communication, the meaning of an utterance is not only determined by the conceptual meaning of the sentence but also by paralinguistic features such as stress, pitch, intonation, juncture, body movements, head movements, hand gestures, eye-contact, and the distance between the interlocutors
Example of utterance meaning:
1.      "You're a well-behaved group of students!"
If uttered to a group of misbehaving students by their teacher, will be understood to have a "meaning" which is the opposite of that of the sentence uttered.
2.      A: "Wanna go to a movie tonight?,"
B: "I’ve got a physics exam tomorrow."
You will undoubtedly take him/her as rejecting your invitation even though the sentence uttered makes no explicit reference either to a movie or to what he/she might be doing tonight. Suppose on the other hand, your roommates were to call his/her tutor and say "I've got an exam tomorrow." in that context, what is being said might be understood as a request for help with the exam.

B.     The Meaning of Meaning
Richard’s theory of the meaning of meaning, meanings do not reside in words; but they reside in people, because words mean different things to different people in different situation. Words will mean one thing in a certain context and mean another thing in a different context. This is why it is so important to study the context to get a better understanding of the meaning.
A simple example:
·        Sherwin t. Wine states that the word "meaning" has a multitude of meanings. When people ask, "does life have any meaning,?" they are not always asking the same question. Often discussions and arguments about the meaning of life are meaningless because the participants do not realize that they are trying to address different issues. The result is a waste of time.
There are four distinct questions that are subsumed under the query
"Does life have any meaning?"
1.      "Do I live in a just world in which I will be rewarded for doing good and punished for doing evil? And, even if not, will my suffering serve a good purpose?"
2.      "Will I live forever? Or is my life temporary and ephemeral?"
3.      "Do I have an assignment from God or, from the universe? If so, what is it?"
4.      "Are my desires and my expectations compatible with my power? Or is life an inevitable story of continuous frustration and disappointment?"

Richard’s Semantics Triangle
The relations between the triangular corners may be phrased more precisely in causal terms as follows:
1.      The matter evokes the writer's thought.
2.      The writer refers the matter to the symbol.
3.      The symbol evokes the reader's thought.
4.      The reader refers the symbol back to the matter.
The symbol refers to the linguistic elements (word, sentence, etc.), the referent refers to the object in the world of experience, and thought or reference refers to concept.
The symbol or a word signifies “things” by virtue of the “concept associated with the form of the word in the minds of the speaker of the language, and the concept looked at from this point of view is the meaning of the word. e.g. The dog over there looks friendly. The word “dog” i directly associated with a certain concept in our mind, i.e. what a “dog” is like, but it is not directly linked to the referent (the particular dog) in this particular case.

The meaning of meaning theory has two perspectives:
1.      Scientific perspective:
a.       Simple , easy to understand, can be tested in our everyday life,
b.      Has practical application that this theory can clear cut misunderstanding in everyday life communication
c.       Does not only present  problem , but also give solution  
2.      Humanistic perspective:
a.       Understand people because of their differences of their past experiences and personal background
b.      Show how important  people meaning is and not just the words they say
c.       Warns us to think about how the other person is going to react before we speak


CHAPTER III
CONCLUSION

Semantics is a very broad field to teach and learn. It is, therefore, of great importance to pinpoint the basic materials that students must learn. With reference to word meaning, the conceptual meaning, semantic components, and semantic fields of words are essential. In terms of sentence meaning, the principle of referent and principle of structure, kinds of predicates, and sense relations are important to understand the meaning of sentence. As for utterance meaning, kinds of utterances, utterances as speech acts, cooperative principle and conversational implicates and logical implications are necessary to understand the meaning of utterances. If semantics teachers always give a top-priority to these areas of meaning in their semantics teaching, they may be happy because they are doing the right thing.


REFERENCES

A.S Hornby, 2000, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
Sixth Edition, New York: University Press
http//:themeaningofmeaning.com
http//:thenatureofsemantics.D.wagimanAdisutrisno.com